Per Mariam ad Jesum
Dalam tradisi agama Katolik,
keberadaan gua Maria punya sejarah panjang. Bunda Maria beberapa kali
menampakan diri pada orang-orang terpilih. Penampakan yang paling terkenal
adalah penampakan Bunda Maria kepada Bernadette Soubirous di Gua Massabielle (=Batu Besar), di tepi sungai
Gave dekat kota Lourdes, Perancis pada tahun 1858. Ketika Bernadette berjumpa
dengan seorang wanita yang mengenakan gaun putih yang indah dengan ikat
pinggang berwarna terang, yang di atas masing-masing kakinya ada bunga mawar
berwarna kuning pucat di gua Massabielle, Bernadette menanyakan nama wanita
itu. Kemudian wanita itu mengangkat tatapannya ke surga, dan kemudian dengan
mengatupkan tangannya ke dada, ia berkata kepada Bernadette dalam bahasa
Occitan (bahasa yang dipakai di bagian selatan Perancis):
“Que soy era Immaculado
Councepciou!” (“Aku adalah Yang Dikandung Tanpa Dosa”)
Di kemudian hari, gua tersebut menjadi tempat
ziarah paling populer. Tempat ziarah ini pulalah yang kemudian menjadi
inspirasi untuk membuat tempat ziarah serupa pada komunitas Katolik setempat.
Dari situ muncullah tempat ziarah gua Maria di banyak tempat di dunia, termasuk
di Indonesia yang salah satunya adalah Gua Maria Bukit KaNaDa Rangkasbitung.
Suatu Kerinduan
Berawal dari
ajakan Paus Yohanes Paulus II, ketika mengumandangkan tahun Maria pada Pesta
Santa Maria Bunda Allah tanggal 1 Januari 1987, umat Paroki Santa Maria Tak
Bernoda ikut ambil bagian dalam rangka merefleksikan diri dan dalam rangka
menyambut Tahun Maria, dengan bertekad bulat dan berkemauan keras
mempersembahkan kepada Tuhan dan kepada BundaNya suatu kenangan monument
rohani, yaitu Gua Maria. Harapannya dengan adanya Gua Maria, umat semakin akrab
dalam berkomunikasi dengan Tuhan lewat perantaraan Bunda Maria. Per
Mariam ad Jesum.
Perwujudan Gua
Maria itu didukung oleh kerinduan hati umat untuk menghadirkan Bunda Maria di
tengah-tengah hidup dan kehidupan mereka – maklum kebanyakan dari warga paroki
berasal dari daerah yang kebetulan tidak jauh dari tempat ziarah seperti
Sendangsono ataupun Sriningsih. Diharapkan bahwa Gua Maria itu dapat memenuhi
harapan umat beriman dalam rangka mengembangkan iman, harapan dan cinta kasih
kepada Tuhan melalui Bunda Maria.
Awal Perjuangan
Atas kesepakatan
bersama, maka dimulailah perjuangan umat paroki untuk mewujudkan cita-cita
mereka, yaitu menghadirkan
sebuah rumah bagi Bunda Maria dengan membangun Gua
Maria. Tidak ada bayangan sama sekali mengenai lokasi bangunan, dana dan
persetujuan dari Bapak Uskup Bogor waktu itu, Mgr. Ignatius Harsono (alm.). Namun berkat usaha pendekatan yang
dilakukan oleh para pastor yang berkarya di Paroki Santa Maria Tak Bernoda
waktu itu –RD. Benyamin Sudarto dan RD. Stefanus Maria Sumardiyo AP – serta dukungan berupa doa dari segenap umat, akhirnya Bapak Uskup
Mgr. Ignatius Harsono merestui dan mendukung usaha umat paroki untuk membuat Gua
Maria, walaupun saat itu umat belum memiliki apa-apa, kecuali tekad dan kemauan
untuk membangun Gua Maria.
Setelah mendapat
restu dari Bapak Uskup, langkah selanjutnya adalah membentuk Panitia Pembangunan Gua Maria (PPGM) yang diketuai oleh Sr. Gerarda, SFS, wakilnya
Bapak Jacobus Laba, sekretaris Bapak Albertus Seman, Seksi Pembangunan Bapak
Yoseph Sakino Tjahjadi. Dengan terbentuknya PPGM, maka
dimulailah perjuangan umat untuk mewujudkan cita-citanya, yaitu membangun Gua
Maria. Pihak panitia mulai mengadakan pendekatan dengan Ketua Dewan Paroki
maupun dengan Pimpinan Konggregasi Suster Fransikanes Sukabumi (SFS). Akhirnya
diperoleh suatu persetujuan untuk dapat menggunakan sebagian tanah yang
dikelola oleh para Suster SFS di Rangkasbitung. Tanah tersebut terletak di
Kampung Narimbang Desa
Jatimulya, satu komplek dengan (Sekeloah Perawat Kesehatan) Misi Lebak (sekarang AKPER Yatna Yuana Lebak), yang dianggap
terbaik untuk lokasi Gua Maria. Selain izin yang diperoleh dari Pimpinan Suster
Fransiskanes Sukabumi, Panitia juga mengusahakan Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Dengan
bermodalkan izin dari Bapak Uskup, Pimpinan Suster SFS, Izin Mendirikan
Bangunan yang diperoleh, serta sedikit dana, maka PPGM mulai melangkah lebih maju ke arah kegiatan
pembangunan.
Pembangunan Dimulai
Sebelum pembangunan dimulai, Panitia mengadakan survey
lokasi, merancang bangunan Gua Maria, kapel dan jalan
Salib dengan bantuan Bapak Yakobus Ngadinun (umat Paroki Kristus Raja Serang), serta mulai diadakan pengumpulan dana baik dari warga paroki
melalui kotak sumbangan suka rela yang diletakkan di Gereja, maupun dari
donatur luar Paroki.
Untuk menciptakan suatu gua yang bernuansa alami, maka dipilihlah bahan struktur
gua dari batu karang. Batu karang tersebut dikirim dari Pantai Carita Labuan oleh
Bapak Yakobus Ngadinun
Model patung Bunda Maria yang digunakan saat ini adalah Patung Maria
Lourdes yang berasal dari sumbangan seorang donatur pemilik Rumah Makan Ayam
Bulungan Jakarta atas usaha Bapak Almarhum Andrie Mamonto.
Setelah patung
Bunda Maria berada di tengah umat paroki, maka hati segenap umat terus
terpanggil untuk segera mengambil bagian aktif dalam mewujudkan niat dan
program panitia. Spontanitas umat tak dapat terkira, sehingga tak jarang pihak
panitia merasa rikuh bila tidak menyediakan makanan kecil dan minuman. Panitia
juga membuat jadwal kerja bakti yang melibatkan semua lingkungan. Di dalam
kerja bakti itulah terlihat kerjasama dan persatuan yang akrab antara ‘gembala’
dan ‘domba’.
Awal mula peletakan batu pertama hanya dengan modal 1 sak semen dari Ibu
Tan Bie Kiem (alm) – Toko Berkah pada awal bulan Maria,
tanggal 1 Mei 1988. Peletakkan batu pertama dilakukan oleh Pastor Paroki, RD. Benyamin
Sudarto, kemudian disusul berturut-turut oleh; Sr. M Gerarda, SFS, Bpk. Jacobus Laba, Bpk. Albertus Seman P, Sr. Aloysia, SFS, dan RD. Stefanus Maria
Sumardiyo AP. Melalui kerja sama yang baik dan kerja keras dari semua pihak, maka
pembangunan fisik Gua Maria mulai berjalan sesuai dengan apa yang diprogramkan
oleh panitia juga didukung dengan doa dari para warga paroki. Selain tukang sebagai tenaga trampil yang
dibayar, para umat yang dikerahkan oleh lingkungan masing-masing dalam kerja
bakti selama 17 minggu telah kelihatan wujudnya. Pembangunan Gua Maria akhirnya
dapat terwujud akhir bulan Juni 1988, menyusul pembangunan kapel sebagai sarana
untuk Perayaan Ekaristi bagi para peziarah. Pembangunan kapel selesai pada
bulan Juli 1988. Layaknya Gua Maria pada umumnya yang dilengkapi dengan sarana
jalan salib, maka Panitia Pembangunan juga memprogramkan pembangunan sarana
jalan salib yang akan melintasi lokasi Gua Maria. Pembangunan fisik Gua Maria
dan Kapel memang belum sempurna, namun hal ini tidak mengurangi niat umat untuk
terus mewujudkan cita-cita mereka.
Peranan para Muda-Mudi
Katolik (Mudika) Rangkasbitung
Mudika (sekarang bernama OMK – Orang Muda Katolik) Rangkasbitung dalam
pembangungan Gua Maria tidak dapat dipandang sebelah mata. Sebelum dan ketika
Gua Maria dibangun, Mudika St. Yoseph (nama Mudika waktu itu) terlibat aktif
dalam pengumpulan dana untuk pembangunan Gua Maria dengan antara lain dengan
berjualan makanan.
Sejak peletakan batu pertama, Mudika pun terlibat aktif dalam pembangunan
Gua Maria. Bukan hanya itu saja, setelah Gua Maria selesai dibangun, Mudika
juga juga melakukan pendekatan dengan masyarakat sekitar, antara lain dengan
melakukan pertandingan volley di lapangan yang saat ini menjadi lapangan parkir
Gua Maria.
Ketika situasi keamaan saat itu kurang kondusif, Mudika secara bergilir
berjaga, melakukan ronda di Gua Maria. Untuk menjaga agar jangan sampai terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan, ketika bulan peziarahan berlangsung (Mei dan
Oktober), Mudika melakukan pencatatan tentang jumlah para peziarah, mencatat
nomor kendaran serta melaporkan kepada aparat terkait.
Nama Gua Maria
Nama yang
diambil untuk Gua Maria yang berada di wilayah Paroki Santa Maria Tak Bernoda
ini adalah Gua Maria “Bukit Kanada”.
Bukit: Merupakan tempat yang umumnya
digunakan untuk pertemuan manusia dengan Allah. Hal ini terjadi baik dalam
Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru.
Maka, diharapkan pengalaman tersebut juga dialami oleh para peziarah
yang datang ke Gua Maria ini. Kanada:
Nama ini memang mirip dengan nama sebuah negara di benua Amerika. Sebenarnya
nama KANADA tersebut hendak
menunjukkan lokasi Gua Maria, yang memang terletak di KAmpung NArimbang DAlam di Rangkasbitung, Desa Jatimulya, Kabupaten
Lebak, Propinsi Banten. Tempat ziarah Gua Maria “Bukit Kanada” juga dilengkapi
dengan ruang doa atau meditasi agar umat yang hendak menyampaikan intensi
khusus kepada Allah melalui perantaraan Bunda Maria dapat berdoa dengan lebih
tenang.
Gua Maria Bukit
Kanada berada dalam wilayah Paroki Santa Maria Tak Bernoda Rangkasbitung ~
Keuskupan Bogor. Berlokasi 2,5 kilometer di sebelah Timur kota Rangkasbitung, rute jalan raya
Rangkasbitung ke arah Bogor. Tidak jauh dari Gua tersebut terdapat Akademi Keperawatan
(AKPER) YATNA YUANA (yang
dikelola oleh para Suster SFS) yang masih dalam satu
komplek.
SARANA
DAN PRASARANA
Selain Gua
Maria, di sampingnya juga dibangun sebuah kapel kecil untuk pelayanan Perayaan
Ekaristi serta area Jalan Salib dengan 14 perhentian yang rutenya mengitari Gua
melewati area hutan kecil serta kebun-kebun yang masih bernuansa alami. Selain
karena permohonan sebagian besar pengunjung, demi terciptanya hening dan
menambah kekhusukkan dalam berdoa (berdevosi) serta kesegaran yang mampu
menjernihkan pikiran, maka keadaan alam sekitarnya tetap dibiarkan tumbuh
sebagaimana mestinya untuk tetap menciptakan suasana alami.
Saat ini, sarana dan prasarana lainnya yang telah dibangun dan
tersedia adalah :
¦ tempat parkir
¦ Air bersih/toilet
¦ kantin
¦ saung tempat para peziarah beristirahat, dan
¦ warung paroki.
Gua Maria “Bukit
KaNaDa” memang masih
harus merampung-kan banyak hal, antara lain, pembangunan lahan parkir, namun
segenap umat menghaturkan puji syukur kepada Tuhan dan juga kepada para donatur
yang telah mengusahakan dan mensukseskan pembangunan Gua Maria “Bukit Kanada”.
Penutup
Pada tanggal 13
Agustus 1988 – dua hari sebelum penutupan Tahun Maria – diadakanlah pemberkatan
Gua Maria “Bukit Kanada” dengan Perayaan Ekaristi Agung yang dipimpin langsung
oleh Bapak Uskup Bogor Mgr. Ignatius Harsono dengan didampingi oleh RD. B. Sudjarwo alm. (Vikaris Jenderal Keuskupan Bogor), dan RD. Stefanus Maria
Sumardiyo AP. Dalam peresmian
Gua Maria, Mgr. Ignatius Harsono memberikan amanat agar “jangan sampai Bunda Maria dibiarkan
sendirian”.
Menanggapi himbauan Bapak Uskup tersebut, Umat Paroki Rangkasbitung mewujudkan
amanat tersebut antara lain dengan cara melakukan kegiatan Devosi setiap minggu
oleh masing-masing Lingkungan. Untuk saat ini Umat Paroki Rangkasbitung
berusaha mewujudkan amanat tersebut dengan cara mengadakan Misa Bulanan di Gua
Maria, dan Novena Paroki St. Maria Tak Bernoda yang dilaksanakan setiap hari
Selasa tanggal 8 Oktober sampai dengan 3 Desember 2013. Selain itu, setiap
bulan Maria (bulan Mei) dan bulan Rosario (bulan Oktober), para peziarah dari
berbagai daerah melakukan devosi.
Keberadaan Gua Maria sedikit demi sedikit sudah mulai diakui oleh
masyarakat setempat. Tepat pada perayaan Hari Ulang Tahun ke 25 Gua Maria Bukit
KaNaDa 18 Agustus 2013, Kepala Desa Jatimulya, Bapak Rusyanto mengkui
keberadaan Gua Maria Rangkasbitung, serta mengungkapkan pengakuan dan penghargaannya
tentang keberadaan Gua Maria Kanada. Gua Maria Rangkasbitung merupakan aset
Desa Jatimulya.
Kemudian pada tanggal 31 Oktober 2013 Kepala Kantor Kementerian Agama
Kabupaten Lebak dan Ketua FKUB Kabupaten Lebak juga mengakui kehadiran sebagai
tempat ziarah bagi umat katolik Rangkasbitung di Gedung Bangkit yang pada saat
itu dihadiri oleh RD. B. Gatot Wotoseputro, sebagai Pastor Paroki
Rangkasbitung, dan Bapak Jacobus Laba sebagai Ketua Bidang HAK & Kerawam
DPP.
Pertemuan dengan KPPT Kabupaten Lebak pada Jumat, 22 November 2013,
terungkap bahwa sekalipun dari aspek legalitas Gua Maria masih dalam proses,
namun Pemerintah Daerah mengapresiasi kehadiran Gua Maria Bukit Kanada sebagai
tempat peziarahan umat Katolik dan menjamin akan keamanan dan kenyamanan peziarahan
Gua Maria Bukit Kanada.
Pertemuan tersebut dihadiri oleh yang pada saat itu dihadiri oleh RD. B.
Gatot Wotoseputro, sebagai Pastor Paroki Rangkasbitung, dan Bapak Jacobus Laba
sebagai Ketua Bidang HAK & Kerawam DPP dan Bapak Rudy Soerjadi sebagai
wakil dari DKP Rangkasbitung.
Terungkap pula bahwa keberadaan Gua Maria tidak saja diketahui oleh
masyarakat Kab. Lebak dan sekitarnya, tetapi juga ke tingkat nasional dan
internasional.
Harapan pemerintah agar masyarakat yang ada di sekitar dilibatkan setiap
kali ada peziarahan untuk dapat mengambil manfaat dari momen peziarahan
tersebut (berjualan, parkir dsb).
Upaya agar Gua Maria Kanada mendapat tempat di hati masyarakat Kabupaten
Lebak bukan hanya dilakukan di ‘level atas’ saja. Di ‘level akar rumput’ pun Gereja Katolik
Rangkasbitung secara terus menerus menjalin hubungan baik dengan masyarakat
sekitar, antara lain membangun tempat berjualan yang layak bagi warga
masyarakat yang ingin berjualan di sekitar Gua Maria, melakukan bakti sosial
berupa pengobatan gratis dan pembagian sembako
bagi warga yang tidak mampu, hal-hal lain yang tidak dapat kami sebutkan
satu persatu.
Upaya tersebut tentunya tidak berhenti sampai di sini saja, tetapi akan
terus berlanjut. Sekali pun hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan harapan,
kami tetap berpegang pada perkataan Rasul Paulus kepada umat di Korintus “Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan. (I Kor 3: 6).
Semoga Gua Maria
“Bukit Kanada” dapat dirasakan manfaatnya sebagai sarana untuk mengembangkan
iman serta menguatkan harapan umat dalam mencintai Bunda Maria.
PENANGANAN
dan PELAYANAN
1. Pengurus yang menangani
operasional Gua Maria Bukit Kanada adalah, yaitu Bidang Gua Maria (Ziarah) yang saat ini diketuai oleh
Bapak Thomas Mugiyana.
2. Bagi para peziarah
(rombongan/pribadi) yang bermaksud berkunjung ke Gua Maria Bukit Kanada
diharapkan pada beberapa waktu sebelumnya agar mengkonfirmasikan atau mendaftar terlebih dahulu kepada pengurus
mengenai jadwal ziarah melalui telepon maupun pada saat survey, selanjutnya
mendaftarkan ulang kepada petugas di lokasi pada saat hari kunjungan/ziarah.
3.
Pada setiap hari ziarah, di
lokasi ada petugas resmi pelayanan ziarah yang telah ditunjuk oleh pengurus.
4. Para peziarah yang hendak
merayakan Perayaan Ekaristi (Misa), apabila tidak disertai Pastor dapat dilayani oleh Pastor di Paroki Santa
Maria Tak Bernoda dengan cara seperti disebutkan pada poin (2).
CATATAN BAGI PARA PEZIARAH
¦ Lokasi Gua Maria Bukit Kanada adalah tempat berdoa, oleh karena itu
diharapkan dapat memperhatikan hal-hal berikut ini :
~ mohon untuk tidak membuat kegaduhan
~ mohon untuk tidak makan dan minum di lokasi tempat Gua dan Kapel.
¦ Area sekitar Gua Maria Bukit Kanada dan rute Jalan Salib adalah
masih berupa alam (kebun) bebas yang masih dihuni oleh binatang liar (ular
& serangga). Oleh karena harap berhati-hati terutama para peziarah yang
akan menginap (rekoleksi, dll), serta mohon untuk tidak mengganggu binatang
tersebut dan tidak merusak habitatnya.
¦ Rute Jalan Salib masih berpagar sederhana dan bersinggungan langsung
dengan komplek penduduk. Apabila para peziarah menemukan kotak sumbangan dana dan semacamnya pada saat melakukan jalan
salib, kami ingatkan supaya tidak
menghiraukannya. Pengurus tidak
pernah meletakkan kotak sumbangan dana di antara rute jalan salib.
¦ Petugas parkir resmi yang ditunjuk oleh pengurus di area Gua Maria
Bukit Kanada akan memberikan Tanda
parkir resmi kepada para peziarah yang memarkir kendaraannya.
JADWAL
MISA
GUA
MARIA BUKIT KANADA
X Pembukaan & Penutupan bulan Maria
¦ Akhir September & akhir
Oktober
pukul 18.00 WIB
¦ Akhir April & akhir Mei
pukul 18.00 WIB
X Misa Pelayanan Ziarah pada bulan Maria :
¦ Misa pertama
pukul 11.00 WIB
¦ Misa Kedua (dengan pemberitahuan terlebih dahulu)
pukul 13.00 WIB
X Perayaan Ekaristi di luar bulan Maria :
¦ Pukul 11.00 WIB
(dengan pemberitahuan terlebih dahulu)
Konfirmasi ziarah hubungi :
¦
Sekretariat
Paroki :
(0252) 201652
Apakah pada tanggal 1 Mei 2018 ada jadwal Misa bulan Maria ?
BalasHapusTerimakasih,
Kami dari Lingk. St. Philipus, paroki st. Joannes baptista Parung Bogor, tgl 14 juli 2018 akan ziarah ke gua Maria Kanada, apkh bisa diadakan misa jam 12.00 begitu... Trima kasih
BalasHapus